mataku membuyarkan emosi
emosi yang berbentuk lingkaran
melingkari seluruh tubuh ini
kepada siapa aq harus bersandung
jika kisah ini hanya ilusi?
kepada siapa aq harus bertarung
jika tangan ini terkunci
lambaian merdu dunia sekali lagi menipuku
tipuan murahan yang menyebalkan
tapi kenapa mereka masih tertawa?
apakah mereka suka ditipu?
udara tidak akan menghantarmu padanya
namun anginlah yang menjemputnya
menjemputnya dengan setengah hati
karena tidak ada lagi yang bisa kamu lakukan
lonceng di menara jam telah bergetar
burung burung camar mengitari haluannya
aku hanya bisa diam
menghitung detik yang ke-49
walaupun bulan tetap 12
menunggu hari 41
kau hanya bisa menunggunya datang
memeluknya saat pulang
menyentuh kulitnya
menatap matahari terbit di matanya
kamu harus tersenyum
kenapa?
entahlah
mungkin ini takdirku
menjadi karang yang memecah ombak
menunggu dia pulang
Friday, January 18, 2008
Terlalu Lama
Monday, January 14, 2008
Untuk Gadis Dalam Lukisan
Tak akan banyak kata yang akan terucap padamu
Menatapmu cukup membuatku membatu.
Rangkaian anggrek ungu dan ikatan selusin mawar tidak cukup untuk menunjukkan sekilah cintaqu
Ini bukan kisah romeo dan juliet,
Bukan juga kisah layla dan majnun
Melainkan kisah biasa antara sejuknya embun pagi dan hangatnya malam.
Sengat matahari ditimur malah memperterang rasa ini.
Para pujangga tua akan berhenti melangkah saat melihatmu dan menyesali usianya
Burung gereja coklat terbang bergerombal hanya untuk melihat tawamu.
Yang kini berlari kecil disahara cinta mereka.
Lelehan larva panas mengalir keujung jariku saat hati ini ingin menyentuhmu
Ribuan duri tajam tumbuh dihalaman jiwaku saat kaki ini melompat memelukmu.
Apakah engkau hanya sosok lembut yang selalu berdoa untuk dunia yang tidak pernah akan engkau miliki??
Apakah tuhan sedang tersenyum melihat kita tertatih menjalani peran ini?
Atau kita hanya catatan kecil dan tercecer dibalik sandiwara besar milik-Nya?
Engkau yang menutup sangkar ini saat tangan-tangan iblis hendak mencabik-cabik tubuhku
Engkau yang membiarku kekal dalam kerasnya salju abadi selatan
Engkau yang menahanku dalam penjara jiwa yang kau sebut surga.
Tarian camar di pelabuahan angan
Menggerakkan angin rindu kehatiku
Rindu menggoreskan luka yang terlalu dangkal
Namun cukup sakit untuk menghilangkan jiwa manusiaku
Akan engkau sebut apa perih ini jika hati selalu tersenyum menatap ratusan lukisan indah dari dirimu.
Engkau sahabat yang tidak akan pernah kutatap.
Engkau sahabatku.
Entah kenapa.